2006-12-05

a little sneek-peak of 'When Love Attract Us'

Satu

Jalan Magnolia D-35
“Dek, cepet bangun! Molor mulu sih!” aku semakin meringkukkan badanku ke dalam selimut sewaktu mendengar teriakan Mbak Dina dari luar kamar.
Berisik banget sih! Udara pagi yang cukup dingin ini membuatku malas beranjak dari tempat tidur, apalagi aku baru tidur jam satu malam gara-gara ngebelain nonton episode Desperate Housewives yang terakhir.
Aku menggeliat, sambil berusaha bangkit dari tempat tidur. Usaha yang cukup sulit dilakukan mengingat otak dan badanku belum sinkron satu sama lain.
“Dek, cepetan! Nanti mbak tinggal loh!” Pintu kamarku tiba-tiba menjeplak terbuka. Mbak Dina dengan setelan hem lengan panjang khaki serta celana warna creme berdiri di dekat pintu kamarku. Dandanan siap ngantor.
“Emang kita mau kemana sih, mbak?” kataku sambil mengucek-ucek mata, dan berusaha melihat jam yang ada di nakas sebelah tempat tidur.
“Kamu ini gimana sih? Katanya mau nengokin temen kamu, si Disa itu.” Jawab Mbak Dina tak sabar, melihatku belum beranjak dari tempat tidur. “Ya ampun, Ra. Ini kamar, apa kapal pecah sih. Berantakan banget! Eh malah bengong ‘ni anak. Mandi gih cepetan!”
Mbak Dina sekarang sudah berjongkok di dekat kasurku untuk mengambil beberapa kaos dan buku-buku yang berserakan di sana, lalu mengaturnya di atas meja. Sementara aku berdiri di depan lemari, bingung karena gak tahu mesti pake baju apa.
“Mbak, enaknya pake baju apa ya?” Aku memilih-milih baju di lemari, me-mix and match beberapa top dengan bawahannya.
“Apa ajalah, yang penting jangan pake kolor doang. Cepetan dong, Dek! Kamu kaya’ gak tau aja Jakarta macetnya kaya’ apa,” Suara Mbak Dina terdengar frustasi “habis mandi langsung ke bawah ya, mbak tunggu di mobil. Nanti kamu sarapan di jalan aja.”
Mbak Dina beranjak keluar kamarku, setelah aku masuk ke dalam kamar mandi kemudian mempercepat ritual mandi 15 menit-ku menjadi 10 menit.
Ketika aku turun ke bawah, Mbak Dina sedang berbicara dengan Mbok Ijah, pembantu rumah tangga kami yang sudah turun-temurun merawat Mbak Dina kemudian aku. Wanita itu terus menganguk-angguk ketika Mbak Dina berbicara padanya.
“Nanti tolong ambilin blazer item saya yang ada di laundry ya, mbok. Terus kalo ada yang nyari saya bilang udah berangkat,” dan ketika matanya melihatku “Cepetan dong, dek. Mbak bisa telat nih. Makasih ya, mbok.”
Oh iya aku belum menjelaskan, Mbak Dina kakak permpuanku ini memang lagi cepet panik. Kata orang sih sindrom menjelang pernikahan, tapi aku juga gak tau pasti sih mengingat umurku yang masih 18 tahun dan belum ngerti apa-apa tentang hal yang dianggap sangat sakral itu. Bahkan pacar saja aku belum punya.
Sebulan yang lalu memang masih ada, namanya Lucas, cowok blasteran Brazil-Aussie yang gantengnya gak ketulungan, teman satu high-school di Aussie kemarin. Lucas ini tipe-tipe for-die-hunk yang ngetop banget. Beruntung banget aku seorang Andara Gisela Suryawirawan bisa pacaran sama orang kaya’ dia. And he’s a really good kisser, yang bikin aku kangen sama bibir tipisnya itu. Tapi kami terpaksa putus, beda iman sih. Ibu yang sangat mewanti-wanti aku dalam memilih jodoh yang seiman, bisa mati berdiri kalo aku nekat pacaran sama dia. Lagipula aku gak pernah yakin sama yang namanya pacaran long-distance, walaupun teknologi sekarang udah canggih tapi buatku pacaran long-distance is totally bullshit.
Untung Lucas bisa menerima keputusanku dengan baik, dan saat mengantarku ke airport dia menyempatkan mencium bibirku dengan lembut dan lama. Aku sampai tidak rela pulang ke Indonesia karena itu. Duh jadi kangen Lucas nih.
“Rara, kamu itu udah gede, harusnya bisa ngatur diri dong. Jauh-jauh SMA sekolah di Ausie, kalo pada akhirnya setelah balik ke sini kamu ngemplok ke Mbok Ijah lagi ya percuma dong,” Kata Mbak Dina memulai kuliah paginya, suaranya berusaha mengimbangi suara mesin yang di-staternya. “untung Bapak sama Ibu lagi gak ada, kalo engga habis kamu dimarahin.”
Mobil KIA Picanto biru itu mulai meluncur menjauhi kawasan Bintaro Palm State dan menuju ruas-ruas jalanan utama Jakarta yang mulai padat. Jakarta tidak berubah, masih tetap sama ketika aku meninggalkannya 3 tahun lalu untuk bersekolah di Australia. Walaupun ada beberapa gedung dan mal-mal baru yang berkali-kali aku tanyakan kepada Mbak Dina apa namanya.
Tadinya selepas SMP, keluargaku berencana pindah ke Australia tapi tiba-tiba batal karena ayah ditawari pekerjaan tetap di Jakarta dan (katanya) tidak akan dipindah-pindah lagi. Bekerja di SouthWest International Bank, memang membuat ayah jadi sering dipindah-pindah baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Tapi karena aku sudah kadung excited menanti kepindahan ke negeri kanguru itu, aku memohon-mohon kepada Ibu dan Bapak supaya aku tetap bisa sekolah di sana. Dengan konsekuensi aku harus tinggal di dormitory khusus yang disediakan pihak sekolah, dan mengurus segalanya sendirian! Awalnya aku sempat frustasi mengurus aplikasi yang diperlukan serta harus bolak-balik ke kantor imigrasi yang diping-pong kesana kemari, tapi karena waktu itu aku sedang patah hati karena Abdi, pacar pertamaku yang ternyata selingkuh dengan temanku sendiri membuatku malas berlama-lama di Jakarta. Dan dengan tekad sekuat besi beton, akhirnya aku berhasil menyelesaikan masalah administrasi tepat waktu.
Dan di Sydney High School-lah, aku bertemu dengan Lucas yang sudah aku ceritakan tadi. Si Mr. Great Kisser. Ngomong-ngomong soal ciuman, aku jadi teringat ciuman pertamaku jaman SD dulu dengan seorang tetanggaku sewaktu aku tinggal di Semarang. Ciuman dengan aroma Jambu yang segar. Siapa ya namanya cowok itu?

*

The Djakarta Building, 08.45 am
Mbak Dina mengarahkan mobilnya ke parkiran sebuah gedung bertingkat. Kantor Mbak Dina ada di lantai 11 gedung ini. Setelah lulus dari jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Jakarta, Mbak Dina yang lulus sempurna dengan gelar summa cum-laude langsung diterima oleh sebuah perusahaan perminyakan bergengsi di Jakarta.
“Dek, nanti kamu minta panggilin taksi sama Pak Satpam aja. Mbak, naik dulu ya. Kalo udah selesai urusannya langsung pulang lho.” sambil mencium pipiku sekilas Mbak Dina langsung menuju lift dan berdesak-desakan dengan karyawan yang lain.
Aku memutuskan untuk membeli Roti Boy dulu di counter-nya yang terletak di dekat lobi, untuk mengisi perutku yang dari tadi sudah keroncongan minta diisi. Kemudian membeli sebotol susu cokelat di swalayan yang ada di sampingnya. Baru setelahnya aku meminta tolong Pak Satpam untuk memanggil taksi.
Semua orang yang ada di lobi kantor itu tampak sibuk, ada yang sibuk mengetik sms dengan ponselnya, ngecek e-mail dari blackberry, ada juga yang sedang mengetik di laptopnya, sedangkan aku hanya duduk-duduk santai.
Kuputuskan untuk menunggu di luar saja, bisa ikut-ikutan stres aku kalo lama-lama berada di lobi itu.
BUKK!
Kaya’nya aku nabrak sesuatu deh, sambil mencoba berdiri aku memandang orang yang baru saja aku tabrak. Kemeja putih orang itu terkena noda susu cokelat yang aku tumpahkan padanya.
“Damn. Punya mata gak sih?” bentak orang itu kasar, tangannya berusaha membersihkan noda itu.
“Aduh, maaf deh, mas. Saya gak sengaja.” Kataku pelan, takut kalo dibentak lagi.
Orang itu diam, tapi mata dibalik kacamata Oakley-nya itu tetap menatapku tajam. Mending dibentak aja deh daripada dipelototin kaya’ gini, batinku.
“Mbak, taksinya udah dapet.” Si satpam yang tadi aku mintai tolong sekarang sudah ada di sebelahku.
“Maaf ya, mas. Saya beneran gak sengaja. Kalo bisa saya ganti, saya ganti deh. Tapi sekarang saya udah ditunggu taksi. Gimana?” sepertinya penawaranku itu tidak ditanggapi dengan baik, karena orang itu tiba-tiba ngeloyong begitu saja.
Ajis! Udah bikin gue jantungan setengah mati, minta maaf baik-baik malah ditinggal pergi, makiku kesal.
“Mbak, taksinya..”
“Iya, pak. Makasih ya!”
*
Enjor reading and i'me expecting your comment on it..thank's

5 Comments:

At 9:48 PM , Blogger Aqessa Aninda said...

Hey,, thanks for leave a comment in my blog x) sejujurnya sih aku nggak tau kamu siapa. hehe. tapi makasih yaa x).. makasih juga lhoo atas komentar tentang Kaleidoscope-Online.. ^_^ o ya, darimana sih dapet layoutnyaa? hehe. nice to know you x)

 
At 12:14 PM , Anonymous Anonymous said...

Net, mau donk terusan WLAU..kepengen tau cerita selanjutnya..habis bagus sih, bikin penasaran ^_^ jujur nih aku suka banget dengan cerita Net yang ini kayaknya lebih ngalir aja. Pokoknya diterusin ya Net. aku tunggu ceritanya dari negeri seberang :P
Jangan lupa berkunjung ke blogku yaa :D

 
At 8:12 AM , Anonymous Anonymous said...

yaaahh kok keputus sih ? padahal kan lagi seru-serunyaa. aku mau dong lanjutannyaa. keep the good work yaa !

 
At 8:11 PM , Blogger Aqessa Aninda said...

yaahh.. ko keputuus? aku mau tau dunn lanjutannyaa x]

 
At 9:52 PM , Anonymous Anonymous said...

net novel lo bagus deh,, tapi ko lo keputusnya agak awal banget ya,,
konfliknya masih gak gitu jelas,,
kyknya lu sengaja banget supaya org2 yg baca sangat pengen tau,,
plok,,plok,,,pokonya salut deh bwat WLAU ama i`ll be nya ya,,

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home